From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » WADUK, TANAH ULAYAT DAN PENDEKATAN BUDAYA

WADUK, TANAH ULAYAT DAN PENDEKATAN BUDAYA

Written By Unknown on Saturday, May 14, 2016 | 8:11 AM

Oleh Cyrilus Bau Engo

Rencana pembangunan Waduk di Nagekeo ramai dibicarakan para nitizen di Social Media. Suatu hal yang positif. Saya mencoba menawarkan gagasan sebagaimana judul tulisan di atas.

Ketika bicara waduk yang terlintas di pikiran saya adalah ada air yang menggenangi suatu areal tertentu. Secara teknis para ahli telah mengidentifikasi dimana saja areal yang tergenang dan berapa luasan yang pasti.

Tanah seluas genangan air tersebut di atas, karena waduk itu berada di Nagekeo maka pasti di atas tanah ulayat. Waduk yang akan dibangun Nagekeo jelas berada di atas tanah antara Suke Rendu, Labolewa dan Ndora. Pemkab Nagekeo lakukan identifikasi yang cermat, berapa luasan yang tergenang di wilayah ulayat ketiga suku tersebut.

Tanah ulayat memang kepemilikannya komunal. Tetapi budaya Nagekeo membolehkan anggota sukunya memiliki tanah suku secara pribadi sejauh disepakati suku untuk menghidupi keluarga (polu fai pagha ana). Di wilayah Mauponggo ada istilah Nio tiko yeu tako dan Nage ada istilah taga toni mula bhuga. Tentu di Rendu, Lambo dan Ndora ada istilahnya.

Pemkab Nagekeo harus melakukan identifikasi di setiap wailayah ulayat berapa luasan yang masih milik ulayat (komunal), berapa luasan yang sudah diserahkan oleh suku kepada perorangan.

Proses ini harus jujur dan transparan melibatkan Pemerintah, pemegang ulayat dan warga suku. Kalau proses ini sudah dilewati maka proses sosialisasi yang berujung pada negosiasi supaya bisa realisasi, dilakukan dengan pendekatan budaya. Kia zia tabe pawe.

Solo modhe ngasi pawe. Beo nee solo coo ngasi eno. Singkatnya bicaralah dengan orang yang rumah, kebun dan tanamannya bakal tenggelam. Bicaralah dengan mosa tana laki watu yang benar dan diakui sesuai tata cara adat setempat tentang berapa luas areal yang tergenang.

Jangan bicara ghghe meze atau orang Jawa bilang Gebyah uyah. Orang Inggris bilang step by step. Mae obi ota, mae sega aka pesa. Mawe-mawa pajo mawe-mawe. Ya ini pendapat rakyat biasa...kata bahasa Nagekeo, kami weca naa pata. Ta modhe pebhi, ta ee poke nea.

Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul WADUK, TANAH ULAYAT DAN PENDEKATAN BUDAYA,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel WADUK, TANAH ULAYAT DAN PENDEKATAN BUDAYA ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link WADUK, TANAH ULAYAT DAN PENDEKATAN BUDAYA sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 8:11 AM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger