Oleh Primus Dorimulu

Kurang sehari genap 81 tahun, Bapak Joseph Amekae, mantan dosen Etika di Unika Atmajaya, Jakarta, dipanggil Allah Pencipta. Ia menghembuskan nafas terakhir dengan tenang di rumahnya, Bendungan Hilir, Jakarta, Senin, 31 Mei 2016. Jenazahnya kini dibaringkan di Rumah Duka Dharmais, Jakarta, dan akan dimakamkan di Pondok Rangon, Kamis, 2 Juni 2016.

Hingga tahun 1990-an, nyaris tak satu pun orang Nagekeo, Flores, di Jakarta yang tidak tahu Bapak Joseph Amekae. Selain masuk jajaran intelektual, Om Joseph --begitu ia biasa disapa-- selalu hadir di saat orang susah dan senang.

Ia mengunjungi orang sakit, menghadiri acara kematian, pernikahan, komuni pertama, dan pesta-pesta lainnya. Sebagai orang tua dan dituakan, ia acap didaulatkan menyampaikan kata sambutan.

Di antara orang Flores, mungkin Om Joseph dan Ibu Regina Amekae yang paling banyak dipercayakan menjadi bapak-mama saksi pernikahan Katolik. Setiap kali diminta, pasangan ini selalu menyanggupi dan hadir di depan altar mendampingi pengantin. Om Joseph selalu tampil dengan stelan jas lengkap dan Ibu Regina mengimbangi dengan kebaya dan kain panjang. Keduanya selalu tampak anggun.

Tidak ada data statistik yang dibuat. Tapi, dari bisik-bisik semalam di Dharmais, Om Joseph dan Tanta Gin sudah menjadi bapak-mama saksi pernikahan ratusan pasangan, termasuk pasangan kami, saya dan Aida Ningsih.

Pada akhir dekade 1990-an, bertepatan dengan 25 tahun pernikahan mereka, ia mengumpulkan semua pasangan suami-istri di Jakarta yang pernah mereka dampingi sebagai saksi. Gereja Kristus Raja, Pejompongan, penuh sesak oleh pasangan suami-istri dan anak-anak. Saya dan Aida datang membawa dua anak kami, Pritha dan Reiner.

Saya pribadi pernah ditolong oleh Om Joseph untuk mendapatkan pekerjaan, tahun 1988. Ia menulis "katabelece" kepada Pak Frans Meak Parera untuk menerima saya di Gramedia. Katabalece Om Joseph ampuh. Setelah membaca surat Om Joseph, Pak Frans langsung mengatakan, "Primus, besok kamu mulai masuk kerja, ya." Luar biasa!

Saya yakin, ada banyak orang yang ia tolong. Itulah Om Joseph, bapak dan opa yang selalu gembira. Pada saat pesta, ia tak ragu-ragu menyanyi. Pada pernikahan saudara kami, Josef Jua Dobe Ngole di Balai Kartini, Om Joseph menyanyikan lagu wajib orang Flores di setiap pesta: There Goes My Everythings yang dipopulerkan Engelbert Humperdink. Suara Om Joseph bisa mengimbangi suara emas Eddy Silitonga yang malam itu menyanyikan lagu "Mama, Kembalilah Padaku" karya Titiek Puspa.

Om Joseph orang yang gigih. Salah satu bukti kegigihannya adalah sikapnya yang tidak mau digusur dari Bendungan Hilir meski hendak diberikan ganti rugi Rp 25 juta per meter persegi pada awal 1990-an. Saat ini, NJOP di kawasan ini sudah sekitar Rp 75 juta per meter.

Rumahnya persis di tepi Kali Krukut. Dekat dengan Kampus Atmajaya, gereja, SDK Theresia, tempat Tanta Gin mengajar, dan rumah sakit. Jika hujan lebat, rumahnya kadang kebanjiran. Tapi, Om Joseph tetap betah di rumahnya ini walau ia sudah punya rumah di Pasar Rebo dan sejumlah bidang tanah di Jakarta Timur.

Om Jopseh meninggalkan seorang istri, Tanta Gin, dan lima anak. Dua wanita dan tiga pria. Kiranya Tanta Gin dan anak-anaknya diberikan kekuatan dan kebijaksanaan.

Selama hidupnya, Om Joseph sudah banyak menolong sesama. Kita percaya pada janji Tuhan: "Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih." (Lukas 7:47).

Kiranya Allah Yang Mahapengasih mengampuni dosanya dan menerima dia dalam Firdaus Abadi.

Om Joseph, Selamat Jalan!